Blogger news

" />
Home » » penemu GPS

penemu GPS

Written By Unknown on Selasa, 19 Maret 2013 | 02.58

Kita awali cerita dengan flashback ke tahun 1963. Angkatan Udara Amerika dan The Aerospace Corporation memulai proyek yang diberi sandi Project 621B. Tujuannya adalah mempelajari pemanfaatan satelit untuk kepentingan militer Amerika Serikat. Dari situlah muncul ide tentang sistem pemandu arah global atau Global Positioning System (GPS). Ivan  
Getting dan Brad Parkinson yang memimpin proyek itu kini dikenang sebagai penemu GPS. Pada 22 Februari 1978, satelit-satelit yang akan digunakan untuk GPS mulai diluncurkan.   Namun, GPS baru bisa beroperasi penuh pada 1994. Akibat insiden tertembaknya pesawat penumpang Korea oleh jet tempur Rusia, Pemerintah Amerika kemudian mengizinkan pemakaian teknologi GPS untuk semua kalangan. GPS pun mendunia. Mau tahu kehebatan GPS? GPS memiliki total 24 satelit (plus lima satelit cadangan) yang mengorbit bumi pada jarak 20.200 km. Satelit-satelit itu mengelilingi bumi sebanyak dua kali sehari, sambil terus memancarkan sinyal gelombang radio. Konfigurasi satelit di orbitnya telah diatur sedemikian rupa sehingga semua tempat di bumi dapat menerima sinyal dari empat sampai 10 satelit. Untuk mencocokkan waktu, setiap satelit dilengkapi dengan empat jam atom yang dapat mengukur waktu dengan ketelitian sepersemiliar detik. Alhasil, teknologi GPS sanggup menentukan lokasi mana pun di muka bumi dengan kesalahan kurang dari 1 meter Jarak satelit dan alat penerima dihitung dengan cara yang cerdik. Pada waktu-waktu tertentu, satelit GPS memancarkan suatu kode digital. Di saat bersamaan, alat penerima menjalankan kode yang sama. Karena harus merambat cukup jauh, kode dari satelit akan tertunda dibanding kode yang dijalankan alat penerima. Waktu tunda itu dianggap sebagai waktu perjalanan sinyal. Selanjutnya mudah.   Masih ingat kan bahwa jarak adalah waktu kali kecepatan? Dengan mengalikan waktu perjalanan sinyal dan cepat rambat sinyal (sama dengan kecepatan cahaya), penerima GPS dapat mengetahui jaraknya dengan satelit. Setelah mengetahui jarak antara alat penerima dan tiap-tiap satelit, komputer dalam alat penerima akan mulai menghitung. Untuk menentukan posisi dalam 2 dimensi (garis lintang dan garis bujur), penerima GPS minimal harus mendeteksi sinyal dari tiga satelit. Koordinat tiga dimensi yang mencakup ketinggian lokasi pun dapat dicari jika alat penerima mendapat sinyal dari setidaknya empat satelit. Nah, selama bencana lumpur di Porong, para ahli geologi memasang alat GPS berketelitian tinggi untuk menentukan koordinat tiga dimensi lokasi-lokasi di sekitar semburan. Dari situlah ketahuan bahwa dalam sebulan, permukaan tanah di Porong turun 88 cm! Metode trilaterasi sederhana cukup untuk membuat GPS bekerja, tetapi belum cukup untuk menghasilkan data yang akurat. Perbedaan lapisan ionosfer yang dilewati sinyal membuat pengukuran jarak sering kali meleset. Para insinyur GPS kemudian menemukan metode differential GPS atau DGPS. Dalam DGPS, penerima kedua yang koordinatnya sudah diketahui secara tepat (disebut base station) digunakan untuk mengoreksi pengukuran jarak. Dengan metode ini lokasi dapat ditentukan dengan kesalahan beberapa sentimeter saja.. Jarak satelit dan alat penerima dihitung dengan cara yang cerdik. Pada waktu-waktu tertentu, satelit GPS memancarkan suatu kode digital. Di saat bersamaan, alat penerima menjalankan kode yang sama. Karena harus merambat cukup jauh, kode dari satelit akan tertunda dibanding kode yang dijalankan alat penerima. Waktu tunda itu dianggap sebagai waktu perjalanan sinyal. Selanjutnya mudah. Masih ingat kan bahwa jarak adalah waktu kali kecepatan? Dengan mengalikan waktu perjalanan sinyal dan cepat rambat sinyal (sama dengan kecepatan cahaya), penerima GPS dapat mengetahui jaraknya dengan satelit. Setelah mengetahui jarak antara alat penerima dan tiap-tiap satelit, komputer dalam alat penerima akan mulai menghitung. Untuk menentukan posisi dalam 2 dimensi (garis lintang dan garis bujur), penerima GPS minimal harus mendeteksi sinyal dari tiga satelit. Koordinat tiga dimensi yang mencakup ketinggian lokasi pun dapat dicari jika alat penerima mendapat sinyal dari setidaknya empat satelit. Nah, selama bencana lumpur di Porong, para ahli geologi memasang alat GPS berketelitian tinggi untuk menentukan koordinat tiga dimensi lokasi-lokasi di sekitar semburan. Dari situlah ketahuan bahwa dalam sebulan, permukaan tanah di Porong turun 88 cm! Metode trilaterasi sederhana cukup untuk membuat GPS bekerja, tetapi belum cukup untuk menghasilkan data yang akurat. Perbedaan lapisan ionosfer yang dilewati sinyal membuat pengukuran jarak sering kali meleset. Para insinyur GPS kemudian menemukan metode differential GPS atau DGPS. Dalam DGPS, penerima kedua yang koordinatnya sudah diketahui secara tepat (disebut base station) digunakan untuk mengoreksi pengukuran jarak. Dengan metode ini lokasi dapat ditentukan dengan kesalahan beberapa sentimeter saja. Pilot dan nakhoda kini mengemudikan pesawat dan kapal laut dengan bantuan GPS. Koordinat pesawat atau kapal laut dapat ditentukan lebih akurat sehingga kemungkinan tabrakan makin kecil. Kalaupun terjadi kecelakaan, lokasi musibah dengan mudah ditemukan.   Kemampuan GPS akan makin luar biasa jika digabungkan dengan sistem informasi geografis (Geographic Information Systems/GIS). GIS adalah almanak atau database benda-benda di muka bumi. Jika GPS memberi tahu posisi atau lokasi, GIS memberi tahu benda apakah yang ada di lokasi itu. Di masa depan, kita akan tahu bahwa di koordinat xyz tumbuh sebuah pohon jati berumur 100 tahun! Bolehkah orang awam seperti kita memanfaatkan GPS? Tentu saja. GPS receiver dapat kita beli di pusat-pusat elektronik seperti Mangga Dua di Jakarta. Harganya yang paling murah sekitar 1,5 juta rupiah. Ada juga ponsel atau PDA (personal digital assistant) yang sudah dilengkapi chip GPS dan dijual dengan harga sekitar 6 juta rupiah. Kini, penerima GPS sudah dilengkapi dengan peta. Kita dapat membawanya saat bepergian, baik di dalam maupun ke luar kota. GPS akan menunjukkan posisi kita pada peta, mengukur berapa jauh dan berapa lama kita telah berjalan, berapa kecepatan kita, dan kapan kita akan sampai ke tujuan. Penerima GPS terbaru yang "cerdas" bahkan dapat menyarankan rute alternatif plus perkiraan waktu tempuhnya. Penerima GPS akan menjadi perlengkapan standar di dashboard mobil-mobil keluaran terbaru. Nantinya, ada robot pengemudi yang mengemudikan mobil kita dengan GPS. Pilot dan nakhoda kini mengemudikan pesawat dan kapal laut dengan bantuan GPS. Koordinat pesawat atau kapal laut dapat ditentukan lebih akurat sehingga kemungkinan tabrakan makin kecil. Kalaupun terjadi kecelakaan, lokasi musibah dengan mudah ditemukan. Kemampuan GPS akan makin luar biasa jika digabungkan dengan sistem informasi geografis (Geographic Information Systems/GIS). GIS adalah almanak atau database benda-benda di muka bumi. Jika GPS memberi tahu posisi atau lokasi, GIS memberi tahu benda apakah yang ada di lokasi itu. Di masa depan, kita akan tahu bahwa di koordinat xyz tumbuh sebuah pohon jati berumur 100 tahun!

1 komentar:

Blogger templates

like on facebook

Blog Archive